Senin, November 10, 2008

WISATA BAHARI SULSEL TERBENTUR INFRASTRUKTUR


POTENSI wisata bahari di Sulawesi Selatan (Sulsel) masih terbentur infrastruktur, padahal selain memiliki taman laut nasional (TLN) Taka Bonerate, juga terdapat lokasi pembuatan perahu tradisional "Phinisi".
"Kendala yang dihadapi untuk mengembangkan potensi wisata bahari diantaranya akses jalan dan transportasi udara," jelas Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Sulsel Ama Saing di Makassar, Minggu.
Dari sejumlah potensi wisata bahari di Sulsel, dua diantaranya yang banyak menarik perhatian wisatawan mancanegara yakni TLN Taka Bonerate di Kabupaten Selayar dan Tanjung Bira di Kabupaten Bulukumba. Hanya saja untuk mencapai lokasi tersebut dibutuhkan waktu sedikitnya tujuh jam dengan kendaraan darat.
Akses jalan menuju Ibukota Kabupaten Bulukumba dari Kota Makassar cukup baik, namun dari ibukota kabupaten ke lokasi Tanjung Bira atau pun ke tempat pembuatan perahu di Ara, masih berupa pengerasan jalan, sehingga pada musim kemarau akan berdebu dan musim hujan jalan menjadi becek.
Sementara jika akan ke Kabupaten Selayar, harus melewati penyeberangan Kapal Ferry di Bulukumba. Sedangkan jika menempuh via udara, hanya tersedia layanan pesawat jenis perintis dengan kapasitas penumpang maksimal 20 orang, itu pun hanya ada pelayanan tiga kali seminggu.
Kendati masih ada kendala infrastruktur, pihaknya bersama pemerintah setempat tetap gencar mempromosikan wisata itu di dalam maupun luar negeri. Sebagai implementasinya, awal tahun 2009 diagendakan Festival di Kabupaten Bulukumba.
Diharapkan Festival Phinisi yang masuk dalam kalender wisata nasional ini, selain dapat menyerap wisatawan nusantara (wisnu) juga mendatangkan wisatawan mancanegara (wisman).


Atol Harimau

Taka Bonerate - sebuah kepulauan di sisi selatan semenanjung Sulawesi dan Pulau Selayar, dengan nama baku "Kepulauan Macan". Pada zaman kerajaan Bone kawasan ini dinamakan Bone Riattang (artinya kerajaan Bone di sebelah selatan atau gundukan pasir di selatan), pada zaman kerajaan Gowa disebut Bone Irate (artinya kerajaan Gowa di sebelah selatan ataupun gundukan pasir di selatan), atau ada pula yang mengartikan Taka Bonerate sebagai "hamparan karang di atas pasir"
Molengraff (1929) dalam "Sebaran dan Perkembangan Terumbu Karang di Indonesia Timur" menyebut Taka Bonerate sebagai Atol Harimau atau Tiger Island . Nama-nama pulau di Taka Bonerate telah tiga kali mengalami perubahan yaitu nama yang diberikan oleh Molengraff 1929, nama dalam peta Dishidros, dan nama yang berlaku sekarang di masyarakat lokal.
Nama Kepulauan Macan diberi berbagai interpretasi makna yang berlainan. Interpretasi yang dinilai logis menghubungkan nama tersebut dengan bentuk kawasan beserta letak taka di dalamnya yang menyerupai gigi macan yang tajam dan cukup rapat. Menyiratkan sebuah peringatan bagi manusia, yaitu bagi siapapun yang ingin masuk ke kawasan harus mengenal dahulu kepulauan tersebut, bila tidak, maka orang tersebut akan sulit keluar, karena diandaikan sudah berada di dalam mulut macan.
Penamaan pulau-pulau, taka-taka, dan gusung yang membentuk Kepulauan Macan, sekarang disebut "Kawasan Taka Bonerate", bukan sekedar nama, melainkan mengandung makna sehubungan berkaitan dengan sumberdaya yang dikandungnya dan peristiwa-peristiwa sejarah, sosial ekonomi serta politik masyarakat masa lalu. (en/foto : ist)

Tidak ada komentar: