Kamis, November 13, 2008

BERWISATA KE NUSAKAMBANGAN, SIAPA TAKUT


MENYEBUT nama Nusakambangan pasti pikiran selalu berkonotasi negatif. Menyeramkan. Menakutkan. Maklum, pulau seluas 240 kilometer persegi yang ada di sebelah selatan Pulau Jawa ini, sudah menjadi trademark tempat pembuangan narapidana kelas kakap. Sejumlah nama beken seperti Jhony Indo, Kusni Kasdut, Tommy Soeharto (putra sulung mantan presiden Soeharto), Bob Hassan (pengusaha dan mantan menteri), pernah jadi penghuninya.
Juga, tiga pelaku peledakan bom Bali I, Amrozi, Mukhlas dan Imam Samudra menjadi penghuni terakhir setelah menjalani eksekusi ditembak mati, pada 9 November 2008 lalu. Memang sejak digelar eksekusi mati bagi ketuga bommber di kawasan LP Nirbaya, Nusakambangan dinyatakan tertutup untuk umum. Kini sudah dibuka lagi.
Pulau Nusakambangan ini dikelilingi Samudra Indonesia, untuk mencapai pulau yang mirip penjara Alcatraz di Teluk San Fransisco, Amerika Serikat ini, butuh waktu sekitar 20 menit dengan menumpang kapal dari Pelabuhan Dermaga Wijayapura Cilacap, Jawa Tengah menuju Dermada Sodong Nusakambangan.
Kondisi alam Pulau Nusakambangan masih dikelilingi hutan belukar, yang dipenuhi satwat liar. Juga dikelilingi laut yang ombaknya keras dan ganas. Pokoknya tidak bersahabatlah, karena itu menyulit para napi untuk melarikan diri. Taruhannya ya nyawa.
Sejarah mencatat, pulau ini pertama kali ditetapkan sebagai penjara oleh Departement van Recht en Justitie (Departemen Kehakiman di masa pemerintahan Belanda) pada tahun 1912. Belanda sengaja menyiapkan Nusakambangan sebagai pulau penjara, karena kondisi alamnya yang menantang, menyeramkan dan menakutkan.
Saat itu, Belanda membangun delapan penjara, yakni Lapas Permisan (1928), Lapas Gladakan/Nirbaya (1912), Lapas Karanganyar (1912), Lapas Batu (1935), Lapas Glinger (1925), Lapas Karangtengah (1927), Laps Besi (1927), dan Lapas Limus Buntu (1935.
Baru pada 1950, pemerintah Indonesia menambah sebuah penjara, Kembangkuning. Belakangan, jumlah penjara di Nusakambangan hanya tinggal empat, yakit Batu, Besi, Kembangkuning dan LP Permisan.
Sisanya sudah runtuh yaitu Lapas Karang Anyar, Lapas Nirbaya, Lapas Gliger, Lapas Karang Tengah, dan Lapas Limus Buntu. Reruntuhan lapas itu kini dibiarkan begitu saja.
Sebelum tahun 1964, Pulau Nusakambangan menganut sistem penjara berdasar Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 24 Juli 1922. Berdasarkan Berita Negara Hindia Belanda tahun 1928, keseluruhan Pulau Nusakambangan adalah penjara dan daerah terlarang.
Seiring waktu, pada 27 April 1964, sistem kepenjaraan diubah menjadi lembaga
pemasyarakatan. Masyarakat umum diperkenankan memasuki dan berwisata di lokasi yang telah ditetapkan meskipun harus didampingi petugas dari Dinas Pariwisata Kabupaten Cilacap.
Di balik semua kesan menyeramkan itu, Nusakambangan ternyata menyimpan potensi wisata yang belum digarap secara maksimal. Pemandangan alam di pulau itu sangat mempesona. Ombaknya tinggi dengan batu karang yang tegak berdiri juga menjadi pemandangan khas yang sukar ditemui di tempat-tempat lain.
Data Dinas Pariwisata Cilacap, setiap harinya ada 1.000 orang wisatawan menyeberang ke Nusakambangan. Selain menjenguk napi, mereka juga ingin melihat sejumlah obyek wisata alam andalan yakni Pantai Permisan, Pantai Pasir Putih, Goa Ratu, Goa Maria, Pantai Cemiring, Goa Putri, Goa Masigit Selo, Goa Pasir dan Pantai Rancababagan.
Selain itu, wisata sejarah dengan melihat bangunan tua peninggalan belanda, benteng tua dan tempat karantina para penderita penyakit kusta. Tempat karantina ini berada pada radius 10 kilometer dari ruang tahanan para napi, yang dapat ditempuh dalam waktu satu jam perjalanan laut maupun darat.
Adapun untuk mencapai Goa Maria, Nusakambangan, wisatawan harus menyewa perahu khusus dari Dermaga Wijayapura. Dan tersedia pula perahu sewaan untuk mengitari Pulau Nusakambangan. Tak ada kendaraan umum di pulau ini. Jadi, untuk menuju lokasi wisata, pengunjung harus membawa kendaraan sendiri. Tiga lokasi wisata andalan itu bisa ditempuh dalam satu kali perjalanan melewati satu-satunya jalan yang membelah pulau sepanjang delapan kilometer.
Sedangkan puncak wisatawan datang ke Nusakambangan biasanya pada saat libur sekolah dan hari-hari besar nasional Idul Fitri, Natal, dan Tahun Baru. Mau kesana? emang siapa takut? (E/FOTO :IST)

Tidak ada komentar: