Jumat, November 28, 2008

NELAYAN TEMUKAN IKAN PURBA

NELAYAN asal Likupang, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara (Sulut) menemukan ikan purba, coelacanth (Latimeria menadoensis) di perairan Talise Likupang, Minahasa Utara, Selasa (25/11). Penemuan ikan purba yang dikenal sebagai ikan raja laut ini merupakan penemuan keempat sejak tahun 1998.
Penemuan terbaru ini juga menandakan perairan Sulut menjadi lokasi ikan purba berkembang biak. Selain itu, penemuan ikan purba tersebut di Talise dapat memperkuat rencana pemberlakuan perairan Talise dan sekitarnya sebagai marine protect area.
Tertangkapnya ikan coelacanth ini merupakan peristiwa langka yang langsung mendapat perhatian dari berbagai pihak di Sulut karena ikan ini telah menjadi maskot pelaksanaan konferensi kelautan dunia pada Mei 2009 di Manado. Coelacanth dikenal sebagai ikan purba yang diperkirakan muncul di bumi pertama kali sekitar 360 juta tahun lalu pada zaman Paleozoikum.
Ikan coelacanth ditemukan nelayan asal Likupang, Esrom Paus sewaktu menjaring ikan. Dia kemudian langsung melaporkan penemuan tersebut kepada DKP Sulut. Ikan purba yang pada saat ditemukan dalam keadaan hidup, kini sudah disimpan di tempat pendinginan di Tanawangko, Minahasa. Coelacanth yang ditemukan ini berbobot 10 kilogram, tebal 20 cm, panjang 98 cm, dan lebar belakang 21 cm.
Tahun 1998, seorang nelayan penangkap hiu laut dalam, Lameh Sonathan, saat berada di perairan dekat Manado, menemukan ikan purba. Itulah penemuan menggemparkan dunia penelitian zoologi. Disebut menggemparkan karena ikan Coelacanth diyakini punah sejak sekitar 70 juta tahun silam. Temuan terakhir Coelacanth hidup berada di perairan timur Afrika tahun 1938.
Hasil tes DNA menyebut jenis Coelacanth Indonesia berbeda dengan yang di Afrika. Berasal dari jenis yang lebih tua. Ikan yang ditemukan di Manado pada tahun 1998 itu kini disimpan di Museum Biologi LIPI di Cibinong, Bogor.
Coelacanth juga disebut sebagai ikan fosil purba karena, berdasarkan fosilnya, ikan jenis ini pertama kali muncul diperkirakan pada zaman Devonian (sekitar 400 juta tahun silam) atau jauh lebih tua dibandingkan dengan zaman Dinosaurus pada masa Triasic (sekitar 200 juta tahun silam). Ikan ini diyakini punah 70 tahun silam.
Adanya ciri sirip berlobi daging yang menyerupai tonjolan kaki dan tangan, ikan ini diasumsikan berkerabat dekat dengan hewan berkaki empat (tetrapoda) dan ikan paru daripada ke jenis ikan yang biasa dilihat.
Jenis ikan ini diketahui hidup di goa-goa bawah laut pada kedalaman 150-2.000 meter bersuhu 18 derajat Celsius. Ikan ini juga berkembang biak dengan beranak, bukan bertelur.
Ikan Coelacanth ditemukan pertama kali pada 23 Desember 1938 dari Laut India, tak jauh dari mulut Sungai Chalumna oleh Kapten Hendrick Goosen. Lalu oleh, kurator museum di East London, Marjorie Courtenay Latimer, ikan tersebut diserahkan kepada ahli ikan dari Universitas Rhodes, Prof. J.L.B. Smith. Maka akhirnya Untuk menghormati jasa Latimer dan Smith, ikan purba itu diberi nama Latimeria chalumnae smith. Habitat ikan Raja Laut ini diperkirakan berada pada kedalaman laut lebih dari 150 meter, perairan Kepulauan Komoro, sebelah barat Madagaskar.
Tetapi sampai tahun 1990-an, beberapa individu tertangkap di perairan Mozambique, Madagaskar, dan Afrika Selatan dan pada 1998 untuk pertama kali tertangkap coelecanth spesies baru Coelacanth latimeria menadoensis pada jaring nelayan di perairan Manado Tua, Sulawesi Utara, yang spesimennya kini tersimpan di Museum Zoologi, Pusat Penelitian Biologi LIPI Cibinong.
Coelecanth sejak 18 Januari 1980 telah dimasukkan dalam Appendix I CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna), yang menyatakan ikan ini tidak boleh diperdagangkan antarnegara. Coelacanth berasal dari kata-kata Yunani; coelia (berongga) dan acanthus (duri), yang berarti ikan dengan duri berongga dan tergolong ke dalam ordo Coelacanth hiformes. Dipaparkan oleh Ika Rachmatika S., dkk., dari Pusat Penelitian Biologi LIPI ada perbedaan karakter morfologi dan genetika antara Coelecanth latimeria chalumnae yang ditemukan di Kepulauan Komoro dan Coelecanth latimeria menadoensis yang ditemukan di Manado. (e)

Tidak ada komentar: