Selasa, Februari 24, 2009

WISATA ARUNG JERAM BUTUH PERHATIAN

INDONESIA memang kaya obyek wisata olahraga. Arung Jeram misalnya, hampir merata di semua daerah di tanah air, yang memiliki sungai. Sayangnya, wisatawan minat khusus ini tidak pernah digarapo serius, bahkan belum digali secara optimal, juga perhatian pemerintah terhadap wisata olahraga sangat kurang. Padahal potensinya sangat terbuka lebar.Salah satu wisata olahraga arung jeram yang tak pernah mendapat perhatian dari pemerintah yakni yang ada di Puncak Bogor.
Sebenarnya, arung jeram pun cukup berpotensi dikembangkan di kawasan ini, seperti aliran sungai Ciliwung yang sangat menantang. Jeram-jeram yang dilalui antara Batu Layang, Puncak, dan Depok berlevel 1 hingga 4.Lody Korua dari Arus Liar mengatakan, khususnya di jalur sungai antara Bendung Katulampa, Bogor, dan Jembatan Panus, Depok, jika dipersiapkan dengan tepat, cocok untuk rekreasi arung jeram keluarga karena rangkaian jeramnya cukup padat dan berada pada level 1 dan 2.

Selain itu, di kanan-kiri sungai, vegetasinya masih cukup rapat dan beberapa hewan, seperti biawak, ikan nila, ikan mujair, hingga ular, sering terlihat.Sayangnya, potensi wisata arung jeram di Ciliwung belum digali sepenuhnya. Hanya ada satu tempat wisata yang menawarkan wisata olahraga ini, yaitu di Taman Wisata Matahari, Puncak.

Namun, karena belum dikembangkan maksimal, wisata ini sering dihapus dari program yang ditawarkan oleh pengelola.Kalau saat ini hasrat berarung jeram masih menggebu, ada pilihan tempat untuk menyalurkannya. Tidak terlalu jauh dari Jakarta, tepatnya di Sungai Citarik, Sukabumi, Jawa Barat.

Citarik tak lagi asing bagi sebagian warga Jakarta. Obyek wisata arung jeram di kawasan ini telah dibuka sejak 15 tahun lalu.”Biasa melihat ibu-ibu berarung jeram di sini dan mereka datang membawa anak-anaknya, seluruh keluarganya. Kalau anaknya berusia 10 tahun ke atas, boleh ikut berarung jeram. Kalau usia belum cukup, bisa bermain-main saja di sekitar sini. Ada beberapa permainan lain, seperti flying fox menyeberangi sungai. Faktor keamanan, tentu amat dijaga di sini,” kata Malik, Manajer Operasional Caldera, salah satu operator di Citarik.

Selain Caldera, Arus Liar dan satu operator lain dapat membantu wisatawan mengarungi jeram Citarik. Setiap operator rata-rata menyediakan lima macam paket arung jeram, yang panjang ”lintasannya” 5 sampai 17 kilometer. Menyusur dari hulu sampai hilir sungai di dekat Pelabuhan Ratu.Waktu tempuhnya satu sampai lima jam. Harga yang harus dibayar setiap orang untuk sekali turun sungai mulai dari sekitar Rp 170.000 sampai tiga kali lipatnya.

Sebelum berarung jeram, pemandu akan menerangkan tata cara dan teknik aman menaklukkan jeram. Selain didampingi pemandu, ada satu perahu khusus berisi tim penyelamat yang mengikuti perjalanan wisatawan.

Di sepanjang perjalanan menyusur sungai terlihat kehidupan masyarakat pedesaan yang sederhana, seperti para laki-laki yang sedang memancing atau menjaring ikan, serta kincir-kincir air kecil di tepi sungai sebagai pembangkit listrik untuk kebutuhan rumah warga.Lelah berarung jeram, silakan bersantap dan menginap di Citarik. Hampir setiap operator menyediakan restoran dan penginapan berbentuk rumah panggung di tepi sungai. Setiap rumah, pondok, atau saung bisa dihuni 5 sampai 30 orang. (kmp)

Jumat, Februari 20, 2009

KEMILAU DANAU MEKARSARI YANG ASRI

WAHANA Danau Mekarsari atau Danau Cipicung di area Taman Wisata Mekarasi Cibubur, yang menyajikan berbagai permainan dan hiburan yang kreatif, ternyata banyak diminati wisatawan
nusantara yang berwisata dalam mengisi Liburan Puasa, terutama pada Sabtu dan Minggu.''Bahkan saat Liburan Lebaran pun banyak wisatawan yang menikmati fasilitas yang menjadi andalan wisata di Mekarsari,'' ungkap Public Relations Mekarsari Catherina W. Day.
Dijelaskan berbagai permainan modern yang penuh andrenalin dan tantangan di air, seperti Floating Donat, Giant Bubble, Kano, Becak Air, Aqua Bike dan berbagai sarana hiburan air lainnya, selalu menjadi sasaran utama bagi pengunjung, setelah berkeliling menikmati wisata kebun di Mekarsari.
''Memang wahana danau Mekarsari saat ini menjadi salah satu andalan wisata di Mekarsari. Dan ke depan terus dilakukan perubahan-perubahan agar wisatawan yang datang tidak merasa bosan dengan permainan air yang ada,'' tambahnya. Danau seluas lebih 27 hektar dengan kedalaman 25-30 meter ini memiliki potensi pengembangan yang luar biasa secara sosial, ekonomi dan ekologi. Saat ini saja, kata Chaterina, dengan pemanfaatan yang belum mencapai 5 persen, Danau Mekarsari mampu menyedot perhatian pengunjung yang ingin menikmati permainan air.
Sejak dibuka pada tahun 1995 oleh presiden Soeharto, Taman Wisata Mekarsari yang dikelola PT Mekar Unggul Sari telah banyak mengalami metamorfosis. Taman Wisata yang dulu dikenal dengan nama Taman Buah Mekarsari ini sempat diperkirakan ditutup karena berbagai persoalan.
Namun, setelah berbaikan manajemen dipengelolaannya sedikit demi sedikit Mekarsari mengalami perubahan menuju perbaikan.Sejak masa Kulminasi (2004), Taman Wisata Mekarsari mengacu pada konsep 4Si, yakni Konservasi, Reboisasi, Edukasi dan Rekreasi.
Sikap konsistensi ini membawa hasil berupa peNingkatan jumlah pengunjung dari tahun ke tahun yang berkisar 30 persen. Bahkan pada masa liburan sekolah dan week end jumlha itu naik menjadi 50 persen.Pastinya Taman Wisata Mekarsari sedang berbenah dan terus melakukan perkembangan sehingga kepuasan pengunjung dalam belajar dan bermain di Mekarsari bisa optimal. (end)

Kamis, Februari 19, 2009

PARIWISATA ACEH BERBENAH DARI CITRA

CITRA negatif sebagai daerah tak aman, daerah konflik sempat melekat. Dampaknya, pariwisata Aceh terpuruk. Grafik kunjungan wisatawan ke daerah dengan sebutan titik Kilometer nol Indonesia, benar-benar nol. Kondisi itu diperparah adanya bencana Tsunami, 26 Desember 2004 - yang meluluhlantakan roh kehidupan Aceh. Citra Aceh bertambah parah.
Ditambah lagi, dulu sempat mendapat julukan daftar hitam - sebagai destinasi yang tak layak dikunjungi, karena daerah itu berada di lempengan bumi penyebab Tsunami, juga isu turis wajib berjilbab dan sweeping KTP bagi mereka yang bukan beragama Islam. Isu seperti ini sengaja dibangun pihak tertentu demi kepentingan politik tertentu. Dan pihak tertentu menginginkan Aceh tidak dimasuki wisatawan asing sehingga kasus pelanggaran HAM, ketidakadilan, kasus lain tetap tertutup bagi dunia internasional.
Kini, pemerintah provinsi Aceh bersama Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar) berupaya bangkit dari keterpurukan, dari isu tak jelas sumbernya. Aceh berbenah diri menghilangkan citra buruk. Menggaungkan suara, mengibarkan bendera dan membuka mata dunia bahwa Aceh sebagai destinasi yang layak dan aman untuk dikunjungi. Bahkan menjamin tak ada gangguan dari pengacau keamanan. Situasi damai pasca lahirnya MoU Pemerintah RI-GAM, 15 Agustus 2005, begitu terasa saat ini. Aman, nyaman, damai dan kesan semrawut sudah tak ada lagi.
"Saya yang jamin kalau semua daerah di Aceh aman. Saya ini mantan petinggi GAM. Kami sesama anggota GAM bertekad menjaga Aceh dari gangguan keamanan. Juga bertekad memajukan pembangunan Aceh, termasuk pariwisata. Kami ingin memberdayakan potensi wisata di Aceh yang melimpah, yang selama ini terpendam, belum pernah dipromosikan," ucap Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Irwandi Yusuf meyakinkan wartawan Depbudpar yang melakukan kunjungan wisata ke Aceh, pekan lalu.
Melimpah? Ternyata, kenyataan memang demikian. Aceh memiliki sederetan daftar wisata pantai yang mempesona dan menjadi andalannya. Pantai Dakuta, Pantai Meuraksa Pantai 14,5 7,0 Meraksa Syamt. Bayu, Pantai Iboih, Pantai Klah, Pantai Ulee Lheue dan Pantai Lhoknga, kedua pantai ini namanya jadi perguncingan dunia karena sebagai pantai yang berhadapan langsung dengan laut lepas yang menjadi sumber utama datangnya tsunami. Namun demikian, kedua pantai ini masih indah dilihat, bahkan tertata secara alami. Bahkan, pantai Ulee Lheue punya sejarah panjang, saat Belanda datang melalui pantai, mencaplok tanah rakyat dan menyatakan perang dengan rakyat Aceh.
Wisata alam di Aceh juga alami. Ada air terjun Seumirah, pemandian alam Kr. sawang juga Pusat Latihan Gajah (PLG). Juga ada wisata sejarah yang masih terpelihara. Wisatawan dapat menikmati peninggalan rumah Cut Meutia, pahlawan wanita dari Aceh, dan makam para penjajah Belanda yang tertata rapi dengan papan nama orang Belanda yang tewas di Aceh pada masa perjuangan Indonesia. Juga ada kompleks Makam Raja Muhammad, Makam Raja Syuhada Cot plieng, Makam Malikussaleh Dan Keluarga Dan Perdana Menteri, Makam Ratu AL-A'la Binti Malikul Dhahir, yang menunjukkan bahwa Aceh pernah memiliki kerajaan Islam yang besar di tanah air ini.
Di sisi lain, Aceh memiliki wisata bahari yang terpendam. Tenggok Pulau Rubiah di Sabang yang memiliki pemandangan yang menawan. Bahkan Pulau ini disebut-sebut sebagai Balinya Aceh. Malah lebih dari Bali, karena lingkungan alamnya masih perawan, lautnya sangat tenang sehingga sangat cocok untuk diving, snorkling, swiming dan fishing. Wisata bahari lainnya, Ujung Kareung yang memiliki pemandangan laut yang superindah. Sayanyam masih minim fasilitas sehingga wisatawan harus pindah menginap di Gapang atau Iboh, yang juga mengandalkan wisata pantai.
Wisata budaya Aceh juga unik, menarik. Kota tanah Rencong ini memiliki tarian budaya yang sudah mengakar di masyarakat Indonesia, yakni tarian Saman, tarian Seudati dan tari Mesuseukat. Apalagi pakaian Aceh yang khas dan senjata Rencong juga menjadi souvenir yang memikat. Bahkan, Wisata relegi, rohani, spiritual yang kuat dan melekat. Dan Mesjid Raya Baiturrahman. "Jika ke Banda Aceh, belum masuk dan shalat di mesjid ini tentu belum afdhol," kata Aulia Husni Putra, pejabat di Pemprov NAD.
Daya tarik wisata lainnya, sisa-sisa keganasan Tsunami kini menjadi primadona obyek wisata baru, yang menarik untuk dikunjungi. Untuk mendatangi objek wisata peninggalan tsunami yang ada di seputaran pantai Banda Aceh ini, cukup mudah. Wisatawan bisa menyewa taksi, atau jika ingin menghemat biaya bisa naik becak motor yang menjadi kendaraan angkutan khas Banda Aceh.
Obyek wisata itu, Masjid Ulee Lheue yang masih utuh digempur tsunami. Kapal PLTD Apung yang terdorong ke daratan dan sampai kini masih berada di atas rumah penduduk Gampong Punge Blang Cut, jaraknya sejauh 4 Km dari Pelabuhan Ulee Lheue. Di kapal apung yang sudah tidak difungsikan ini, wisatawan bisa naik ke atas geladak setinggi lebih kurang 20 meter, karena di sisi tongkang sudah dibuat tangga besi lengkap dengan pagar hingga ke geladak untuk memudahkan wisatawan menaikinya.
Dari atas geladak kapal, wisatawan bisa menyaksikan pemandangan luas ke berbagai belahan kota di Banda Aceh. Tampak jelas, betapa jauhnya jarak pantai dengan lokasi kapal apung terdampar. Wisatawan juga bisa membayangkan betapa berbahayanya gelombang tsunami. Bahkan, di sekitar kapal terdampar di atap rumah ini, masih terlihat jelas sisa-sisa dinding dan atap bangunan milik warga yang hancur diterjang gelombang dasyat.
Kapal nelayan di atas rumah sisa tsunami lainnya yang juga banyak dikunjungi yakni kapal di atas rumah yang berlokasi di Gampong Lampulo, Kecamatan Kuta Alam. Wisatawan bisa menyaksikan akibat dari gelombang tsunami yang melanda daerah itu. Kapal nelayan yang pada awalnya ditambatkan di dermaga pantai Aceh, terbawa arus hingga lebih kurang tiga kilometer ke daratan. Sewaktu terjadi tsunami, 165 orang selamat dari terjangan gelombang karena menyelamatkan diri ke atas kapal. Kini, di depan rumah tempat kapal ini bertengger sudah dibangun sebuah jembatan layang agar wisatawan bisa menyaksikan dari dekat kondisi kapal nelayan.
Juga ada Monumen Tsunami dibangun di atas lahan seluas 7,8 hektare, yang lokasinya di pinggir Jalan Banda Aceh-Meulaboh, Aceh Barat. Monumen ini memiliki struktur khas, tinggi dan besar, bentuk ukuran tugu mengikuti pola angka "26-12-2004". Angka 26 menunjukkan banyaknya garis lengkung di dasar tugu, 12 adalah banyaknya ombak pada tugu, dan 2004, banyaknya riak kecil dari keseluruhan ombak pada tugu.
Dan yang tak kalah menariknya, ada kuburan massal Meuraxa dan Labaru yang mengubur sedikitnya 46.800 jenazah korban tsunami. Lokasi kuburan yang menjdi saksi bisu tsunami ini sekitar enam kilometer dari pusat kota Banda Aceh atau beberapa ratus meter dari bibir Pantai Ulle Lheue. Inilah destinasi yang paling menyayat hati.
Negeri Serambi Mekkah juga akan mengembangkan wisata gerilya. Beberapa lokasi menarik bekas perjalanan para gerilya Gerakan Aceh Merdeka (GAM), dijual ke wisatawan. Selama turis bergerilya akan menikmati panorama pemandangan alam yang indah. Gua-gua tempat persembunyian gerilyawan yang masih terpelihara. Menerobos hutan rimba yang menakjubkan. Menyusuri sungai yang alami. Dan menyaksian pohon buah-buahan, yang selama konflik dipakai sebagai menu pengisi perut bagi para gerilyawan
''Saya harapkan tahun ini, wisata gerilya sudah mulai dibuka untuk wisatawan. Wisata gerilya juga dikembangkan di daerah-daerah di Aceh, dan akan menjadi wisata unggulan. Karena wisatawan pasti akan tertarik sekaligus akan merasakan masa-masa sulit yang terjadi pada masa lalu,'' ungkap Gubernur bertitel dokter dan terampil menerbangkan pesawat terbang.
Mengembangkan wisata gerilya tidak malah membuat wisatawan takut? ''Saya jamin pasti aman. Tidak perlu ada rasa takut bagi wisatawan untuk datang. Aceh sekarang bukan Aceh yang dulu. Kini sudah berubah total seratus delapan puluh derajat, tak percaya buktikan saja,'' tambah Gubernur serius sambil membutikan di Aceh sejak musibah tsunami kini masih ada 7.000 relawan (NGO) dari 150 negara yang membantu rakyat Aceh, dan mereka aman-aman saja.
Keberadaan relawan asing diharapkan menjadi duta promosi gratis bagi pariwisata Aceh. Harapan ini memang tak berlebihan, mengingat mereka sudah paham, tahu kondisi dan potensi pariwisata di Aceh. Juga, sudah mengetahui adat istidat, budaya, sopan santun dan rasa hormat warga Aceh saat menerima tamu dari negara lain.
Memang pariwisata Aceh bangkit, namun sayang kebangkitan itu masih terganjal dengan lemahnya promosi, dan penyampaian informasi yang terbatas karena anggaran untuk itu sangat kecil. Hambatan lainnya, masih adanya larangan orang asing mengunjungi Aceh berdasarkan peraturan darurat militer yang dibuat tahun 2003, yang hingga kini belum dicabut. Sehingga orang mengira Aceh masih tidak aman. Padahal Aceh sekarang sudah pulih, sudah damai.
Persoalan lain, perlunya penerbangan pesawat asing langsung ke Aceh. Dan penambahan jumlah penerbangan nasional dari penjuru kota besar untuk menyinggahi Aceh. Untuk itu, regulasi atau izin dari pemerintah pusat agar memberikan kebebasan, jangan malah memasungnya. Sebuah kata harapan klasik, jika promosi dan izin penerbangan langsung ke Aceh dibuka, jumlah kunjungan wisatawan ke Aceh pasti grafiknya naik. Namun kapan? (endy/TULISAN INI JUGA SAYA MUAT DI AVIASI, TABLOID PENERBANGAN)