Selasa, Februari 24, 2009

WISATA ARUNG JERAM BUTUH PERHATIAN

INDONESIA memang kaya obyek wisata olahraga. Arung Jeram misalnya, hampir merata di semua daerah di tanah air, yang memiliki sungai. Sayangnya, wisatawan minat khusus ini tidak pernah digarapo serius, bahkan belum digali secara optimal, juga perhatian pemerintah terhadap wisata olahraga sangat kurang. Padahal potensinya sangat terbuka lebar.Salah satu wisata olahraga arung jeram yang tak pernah mendapat perhatian dari pemerintah yakni yang ada di Puncak Bogor.
Sebenarnya, arung jeram pun cukup berpotensi dikembangkan di kawasan ini, seperti aliran sungai Ciliwung yang sangat menantang. Jeram-jeram yang dilalui antara Batu Layang, Puncak, dan Depok berlevel 1 hingga 4.Lody Korua dari Arus Liar mengatakan, khususnya di jalur sungai antara Bendung Katulampa, Bogor, dan Jembatan Panus, Depok, jika dipersiapkan dengan tepat, cocok untuk rekreasi arung jeram keluarga karena rangkaian jeramnya cukup padat dan berada pada level 1 dan 2.

Selain itu, di kanan-kiri sungai, vegetasinya masih cukup rapat dan beberapa hewan, seperti biawak, ikan nila, ikan mujair, hingga ular, sering terlihat.Sayangnya, potensi wisata arung jeram di Ciliwung belum digali sepenuhnya. Hanya ada satu tempat wisata yang menawarkan wisata olahraga ini, yaitu di Taman Wisata Matahari, Puncak.

Namun, karena belum dikembangkan maksimal, wisata ini sering dihapus dari program yang ditawarkan oleh pengelola.Kalau saat ini hasrat berarung jeram masih menggebu, ada pilihan tempat untuk menyalurkannya. Tidak terlalu jauh dari Jakarta, tepatnya di Sungai Citarik, Sukabumi, Jawa Barat.

Citarik tak lagi asing bagi sebagian warga Jakarta. Obyek wisata arung jeram di kawasan ini telah dibuka sejak 15 tahun lalu.”Biasa melihat ibu-ibu berarung jeram di sini dan mereka datang membawa anak-anaknya, seluruh keluarganya. Kalau anaknya berusia 10 tahun ke atas, boleh ikut berarung jeram. Kalau usia belum cukup, bisa bermain-main saja di sekitar sini. Ada beberapa permainan lain, seperti flying fox menyeberangi sungai. Faktor keamanan, tentu amat dijaga di sini,” kata Malik, Manajer Operasional Caldera, salah satu operator di Citarik.

Selain Caldera, Arus Liar dan satu operator lain dapat membantu wisatawan mengarungi jeram Citarik. Setiap operator rata-rata menyediakan lima macam paket arung jeram, yang panjang ”lintasannya” 5 sampai 17 kilometer. Menyusur dari hulu sampai hilir sungai di dekat Pelabuhan Ratu.Waktu tempuhnya satu sampai lima jam. Harga yang harus dibayar setiap orang untuk sekali turun sungai mulai dari sekitar Rp 170.000 sampai tiga kali lipatnya.

Sebelum berarung jeram, pemandu akan menerangkan tata cara dan teknik aman menaklukkan jeram. Selain didampingi pemandu, ada satu perahu khusus berisi tim penyelamat yang mengikuti perjalanan wisatawan.

Di sepanjang perjalanan menyusur sungai terlihat kehidupan masyarakat pedesaan yang sederhana, seperti para laki-laki yang sedang memancing atau menjaring ikan, serta kincir-kincir air kecil di tepi sungai sebagai pembangkit listrik untuk kebutuhan rumah warga.Lelah berarung jeram, silakan bersantap dan menginap di Citarik. Hampir setiap operator menyediakan restoran dan penginapan berbentuk rumah panggung di tepi sungai. Setiap rumah, pondok, atau saung bisa dihuni 5 sampai 30 orang. (kmp)

Jumat, Februari 20, 2009

KEMILAU DANAU MEKARSARI YANG ASRI

WAHANA Danau Mekarsari atau Danau Cipicung di area Taman Wisata Mekarasi Cibubur, yang menyajikan berbagai permainan dan hiburan yang kreatif, ternyata banyak diminati wisatawan
nusantara yang berwisata dalam mengisi Liburan Puasa, terutama pada Sabtu dan Minggu.''Bahkan saat Liburan Lebaran pun banyak wisatawan yang menikmati fasilitas yang menjadi andalan wisata di Mekarsari,'' ungkap Public Relations Mekarsari Catherina W. Day.
Dijelaskan berbagai permainan modern yang penuh andrenalin dan tantangan di air, seperti Floating Donat, Giant Bubble, Kano, Becak Air, Aqua Bike dan berbagai sarana hiburan air lainnya, selalu menjadi sasaran utama bagi pengunjung, setelah berkeliling menikmati wisata kebun di Mekarsari.
''Memang wahana danau Mekarsari saat ini menjadi salah satu andalan wisata di Mekarsari. Dan ke depan terus dilakukan perubahan-perubahan agar wisatawan yang datang tidak merasa bosan dengan permainan air yang ada,'' tambahnya. Danau seluas lebih 27 hektar dengan kedalaman 25-30 meter ini memiliki potensi pengembangan yang luar biasa secara sosial, ekonomi dan ekologi. Saat ini saja, kata Chaterina, dengan pemanfaatan yang belum mencapai 5 persen, Danau Mekarsari mampu menyedot perhatian pengunjung yang ingin menikmati permainan air.
Sejak dibuka pada tahun 1995 oleh presiden Soeharto, Taman Wisata Mekarsari yang dikelola PT Mekar Unggul Sari telah banyak mengalami metamorfosis. Taman Wisata yang dulu dikenal dengan nama Taman Buah Mekarsari ini sempat diperkirakan ditutup karena berbagai persoalan.
Namun, setelah berbaikan manajemen dipengelolaannya sedikit demi sedikit Mekarsari mengalami perubahan menuju perbaikan.Sejak masa Kulminasi (2004), Taman Wisata Mekarsari mengacu pada konsep 4Si, yakni Konservasi, Reboisasi, Edukasi dan Rekreasi.
Sikap konsistensi ini membawa hasil berupa peNingkatan jumlah pengunjung dari tahun ke tahun yang berkisar 30 persen. Bahkan pada masa liburan sekolah dan week end jumlha itu naik menjadi 50 persen.Pastinya Taman Wisata Mekarsari sedang berbenah dan terus melakukan perkembangan sehingga kepuasan pengunjung dalam belajar dan bermain di Mekarsari bisa optimal. (end)

Kamis, Februari 19, 2009

PARIWISATA ACEH BERBENAH DARI CITRA

CITRA negatif sebagai daerah tak aman, daerah konflik sempat melekat. Dampaknya, pariwisata Aceh terpuruk. Grafik kunjungan wisatawan ke daerah dengan sebutan titik Kilometer nol Indonesia, benar-benar nol. Kondisi itu diperparah adanya bencana Tsunami, 26 Desember 2004 - yang meluluhlantakan roh kehidupan Aceh. Citra Aceh bertambah parah.
Ditambah lagi, dulu sempat mendapat julukan daftar hitam - sebagai destinasi yang tak layak dikunjungi, karena daerah itu berada di lempengan bumi penyebab Tsunami, juga isu turis wajib berjilbab dan sweeping KTP bagi mereka yang bukan beragama Islam. Isu seperti ini sengaja dibangun pihak tertentu demi kepentingan politik tertentu. Dan pihak tertentu menginginkan Aceh tidak dimasuki wisatawan asing sehingga kasus pelanggaran HAM, ketidakadilan, kasus lain tetap tertutup bagi dunia internasional.
Kini, pemerintah provinsi Aceh bersama Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar) berupaya bangkit dari keterpurukan, dari isu tak jelas sumbernya. Aceh berbenah diri menghilangkan citra buruk. Menggaungkan suara, mengibarkan bendera dan membuka mata dunia bahwa Aceh sebagai destinasi yang layak dan aman untuk dikunjungi. Bahkan menjamin tak ada gangguan dari pengacau keamanan. Situasi damai pasca lahirnya MoU Pemerintah RI-GAM, 15 Agustus 2005, begitu terasa saat ini. Aman, nyaman, damai dan kesan semrawut sudah tak ada lagi.
"Saya yang jamin kalau semua daerah di Aceh aman. Saya ini mantan petinggi GAM. Kami sesama anggota GAM bertekad menjaga Aceh dari gangguan keamanan. Juga bertekad memajukan pembangunan Aceh, termasuk pariwisata. Kami ingin memberdayakan potensi wisata di Aceh yang melimpah, yang selama ini terpendam, belum pernah dipromosikan," ucap Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Irwandi Yusuf meyakinkan wartawan Depbudpar yang melakukan kunjungan wisata ke Aceh, pekan lalu.
Melimpah? Ternyata, kenyataan memang demikian. Aceh memiliki sederetan daftar wisata pantai yang mempesona dan menjadi andalannya. Pantai Dakuta, Pantai Meuraksa Pantai 14,5 7,0 Meraksa Syamt. Bayu, Pantai Iboih, Pantai Klah, Pantai Ulee Lheue dan Pantai Lhoknga, kedua pantai ini namanya jadi perguncingan dunia karena sebagai pantai yang berhadapan langsung dengan laut lepas yang menjadi sumber utama datangnya tsunami. Namun demikian, kedua pantai ini masih indah dilihat, bahkan tertata secara alami. Bahkan, pantai Ulee Lheue punya sejarah panjang, saat Belanda datang melalui pantai, mencaplok tanah rakyat dan menyatakan perang dengan rakyat Aceh.
Wisata alam di Aceh juga alami. Ada air terjun Seumirah, pemandian alam Kr. sawang juga Pusat Latihan Gajah (PLG). Juga ada wisata sejarah yang masih terpelihara. Wisatawan dapat menikmati peninggalan rumah Cut Meutia, pahlawan wanita dari Aceh, dan makam para penjajah Belanda yang tertata rapi dengan papan nama orang Belanda yang tewas di Aceh pada masa perjuangan Indonesia. Juga ada kompleks Makam Raja Muhammad, Makam Raja Syuhada Cot plieng, Makam Malikussaleh Dan Keluarga Dan Perdana Menteri, Makam Ratu AL-A'la Binti Malikul Dhahir, yang menunjukkan bahwa Aceh pernah memiliki kerajaan Islam yang besar di tanah air ini.
Di sisi lain, Aceh memiliki wisata bahari yang terpendam. Tenggok Pulau Rubiah di Sabang yang memiliki pemandangan yang menawan. Bahkan Pulau ini disebut-sebut sebagai Balinya Aceh. Malah lebih dari Bali, karena lingkungan alamnya masih perawan, lautnya sangat tenang sehingga sangat cocok untuk diving, snorkling, swiming dan fishing. Wisata bahari lainnya, Ujung Kareung yang memiliki pemandangan laut yang superindah. Sayanyam masih minim fasilitas sehingga wisatawan harus pindah menginap di Gapang atau Iboh, yang juga mengandalkan wisata pantai.
Wisata budaya Aceh juga unik, menarik. Kota tanah Rencong ini memiliki tarian budaya yang sudah mengakar di masyarakat Indonesia, yakni tarian Saman, tarian Seudati dan tari Mesuseukat. Apalagi pakaian Aceh yang khas dan senjata Rencong juga menjadi souvenir yang memikat. Bahkan, Wisata relegi, rohani, spiritual yang kuat dan melekat. Dan Mesjid Raya Baiturrahman. "Jika ke Banda Aceh, belum masuk dan shalat di mesjid ini tentu belum afdhol," kata Aulia Husni Putra, pejabat di Pemprov NAD.
Daya tarik wisata lainnya, sisa-sisa keganasan Tsunami kini menjadi primadona obyek wisata baru, yang menarik untuk dikunjungi. Untuk mendatangi objek wisata peninggalan tsunami yang ada di seputaran pantai Banda Aceh ini, cukup mudah. Wisatawan bisa menyewa taksi, atau jika ingin menghemat biaya bisa naik becak motor yang menjadi kendaraan angkutan khas Banda Aceh.
Obyek wisata itu, Masjid Ulee Lheue yang masih utuh digempur tsunami. Kapal PLTD Apung yang terdorong ke daratan dan sampai kini masih berada di atas rumah penduduk Gampong Punge Blang Cut, jaraknya sejauh 4 Km dari Pelabuhan Ulee Lheue. Di kapal apung yang sudah tidak difungsikan ini, wisatawan bisa naik ke atas geladak setinggi lebih kurang 20 meter, karena di sisi tongkang sudah dibuat tangga besi lengkap dengan pagar hingga ke geladak untuk memudahkan wisatawan menaikinya.
Dari atas geladak kapal, wisatawan bisa menyaksikan pemandangan luas ke berbagai belahan kota di Banda Aceh. Tampak jelas, betapa jauhnya jarak pantai dengan lokasi kapal apung terdampar. Wisatawan juga bisa membayangkan betapa berbahayanya gelombang tsunami. Bahkan, di sekitar kapal terdampar di atap rumah ini, masih terlihat jelas sisa-sisa dinding dan atap bangunan milik warga yang hancur diterjang gelombang dasyat.
Kapal nelayan di atas rumah sisa tsunami lainnya yang juga banyak dikunjungi yakni kapal di atas rumah yang berlokasi di Gampong Lampulo, Kecamatan Kuta Alam. Wisatawan bisa menyaksikan akibat dari gelombang tsunami yang melanda daerah itu. Kapal nelayan yang pada awalnya ditambatkan di dermaga pantai Aceh, terbawa arus hingga lebih kurang tiga kilometer ke daratan. Sewaktu terjadi tsunami, 165 orang selamat dari terjangan gelombang karena menyelamatkan diri ke atas kapal. Kini, di depan rumah tempat kapal ini bertengger sudah dibangun sebuah jembatan layang agar wisatawan bisa menyaksikan dari dekat kondisi kapal nelayan.
Juga ada Monumen Tsunami dibangun di atas lahan seluas 7,8 hektare, yang lokasinya di pinggir Jalan Banda Aceh-Meulaboh, Aceh Barat. Monumen ini memiliki struktur khas, tinggi dan besar, bentuk ukuran tugu mengikuti pola angka "26-12-2004". Angka 26 menunjukkan banyaknya garis lengkung di dasar tugu, 12 adalah banyaknya ombak pada tugu, dan 2004, banyaknya riak kecil dari keseluruhan ombak pada tugu.
Dan yang tak kalah menariknya, ada kuburan massal Meuraxa dan Labaru yang mengubur sedikitnya 46.800 jenazah korban tsunami. Lokasi kuburan yang menjdi saksi bisu tsunami ini sekitar enam kilometer dari pusat kota Banda Aceh atau beberapa ratus meter dari bibir Pantai Ulle Lheue. Inilah destinasi yang paling menyayat hati.
Negeri Serambi Mekkah juga akan mengembangkan wisata gerilya. Beberapa lokasi menarik bekas perjalanan para gerilya Gerakan Aceh Merdeka (GAM), dijual ke wisatawan. Selama turis bergerilya akan menikmati panorama pemandangan alam yang indah. Gua-gua tempat persembunyian gerilyawan yang masih terpelihara. Menerobos hutan rimba yang menakjubkan. Menyusuri sungai yang alami. Dan menyaksian pohon buah-buahan, yang selama konflik dipakai sebagai menu pengisi perut bagi para gerilyawan
''Saya harapkan tahun ini, wisata gerilya sudah mulai dibuka untuk wisatawan. Wisata gerilya juga dikembangkan di daerah-daerah di Aceh, dan akan menjadi wisata unggulan. Karena wisatawan pasti akan tertarik sekaligus akan merasakan masa-masa sulit yang terjadi pada masa lalu,'' ungkap Gubernur bertitel dokter dan terampil menerbangkan pesawat terbang.
Mengembangkan wisata gerilya tidak malah membuat wisatawan takut? ''Saya jamin pasti aman. Tidak perlu ada rasa takut bagi wisatawan untuk datang. Aceh sekarang bukan Aceh yang dulu. Kini sudah berubah total seratus delapan puluh derajat, tak percaya buktikan saja,'' tambah Gubernur serius sambil membutikan di Aceh sejak musibah tsunami kini masih ada 7.000 relawan (NGO) dari 150 negara yang membantu rakyat Aceh, dan mereka aman-aman saja.
Keberadaan relawan asing diharapkan menjadi duta promosi gratis bagi pariwisata Aceh. Harapan ini memang tak berlebihan, mengingat mereka sudah paham, tahu kondisi dan potensi pariwisata di Aceh. Juga, sudah mengetahui adat istidat, budaya, sopan santun dan rasa hormat warga Aceh saat menerima tamu dari negara lain.
Memang pariwisata Aceh bangkit, namun sayang kebangkitan itu masih terganjal dengan lemahnya promosi, dan penyampaian informasi yang terbatas karena anggaran untuk itu sangat kecil. Hambatan lainnya, masih adanya larangan orang asing mengunjungi Aceh berdasarkan peraturan darurat militer yang dibuat tahun 2003, yang hingga kini belum dicabut. Sehingga orang mengira Aceh masih tidak aman. Padahal Aceh sekarang sudah pulih, sudah damai.
Persoalan lain, perlunya penerbangan pesawat asing langsung ke Aceh. Dan penambahan jumlah penerbangan nasional dari penjuru kota besar untuk menyinggahi Aceh. Untuk itu, regulasi atau izin dari pemerintah pusat agar memberikan kebebasan, jangan malah memasungnya. Sebuah kata harapan klasik, jika promosi dan izin penerbangan langsung ke Aceh dibuka, jumlah kunjungan wisatawan ke Aceh pasti grafiknya naik. Namun kapan? (endy/TULISAN INI JUGA SAYA MUAT DI AVIASI, TABLOID PENERBANGAN)

Kamis, Januari 08, 2009

PULAU KOMODO MASUK NOMINASI 7 KEAJAIBAN DUNIA

TAMAN Nasional Pulau Komodo masuk dalam daftar 77 kandidat kuat untuk terpilih sebagai tujuh keajaiban baru alam (New 7 Wonders of Nature) yang dirilis kemarin (7/1). Pulau Komodo saat ini menjadi satu-satunya wakil Indonesia.
Dalam seleksi tahap kedua yang memilih 77 kandidat, dua wakil Indonesia lainnya, Danau Toba dan Gunung Krakatau, tersingkir. Untuk sementara, kandidat di urutan pertama daftar kandidat tujuh keajaiban baru alam ditempati Taman Nasional Grand Canyon, disusul Mount Everest dan Danau Loch Ness.
Kontes tujuh keajaiban baru alam tersebut diselenggarakan oleh New Open World Foundation bekerja sama dengan The United Nation Office for Partnerships yang berpusat di Swiss. Lembaga itu pula yang tahun lalu menetapkan tujuh keajaiban baru dunia yang mengeliminasi Candi Borobudur.
Dalam kategori ini, panitia memilih objek wisata yang dibuat manusia. Pemenang pemilihan tujuh keajaiban baru dunia buatan manusia adalah Piramida Giza di Mesir; bangunan Colosseum (Italia), Tembok Raksasa (Tiongkok), Taj Mahal (India), Kota Kuno Petra (Jordania); Patung Jesus Juru Damai (Brazil), Machu Picchu (Peru), dan Piramida Chichen Itza (Meksiko).
Dalam pemilihan tujuh keajaiban baru alam yang kini sedang berlangsung, panitia mengajak dunia memilih wisata alam yang terbentuk secara natural oleh alam. Taman Nasional Komodo merupakan satu-satunya tempat di dunia yang ditinggali hewan purba komodo.
Pemilihan tujuh keajaiban baru alam tersebut dilakukan secara online di web www.new7wonders.com. Saat pemilihan dibuka pada Juli 2007, tercatat ada 441 kandidat keajaiban baru alam dari 222 yang diusulkan ke panitia. Di antara jumlah itu, panitia menyeleksi dari jumlah suara yang masuk, sehingga tinggal 261 kandidat.
Kemudian, kandidat tersebut diperkecil menjadi 77 nomine kemarin. Selanjutnya, panitia akan memilih 21 finalis untuk kemudian menentukan tujuh objek wisata alam tersebut yang layak disebut keajaiban baru alam.
Kita bisa ikut serta menentukan peringkat kandidat Indonesia menggunakan hak pilih di situs penyelenggara. Hasil pilihan kita akan diumumkan pada 31 Desember 2011. (R)

Jumat, Januari 02, 2009

PESONA ALAM SUMENEP BUTUH SENTUHAN

SUMENEP terbagi dalam dua bagian, yakni Sumenep daratan dan Sumenep kepulauan. Dengan kondisi geografis seperti itu, memungkinkan kabupaten tersebut memiliki sejumlah objek wisata yang sangat potensial untuk dikembangkan.
Secara umum pesona alam yang bisa dijual dari kabupaten itu selain objek wisata alam yang menawarkan seni budaya, juga ada lokasi-lokasi wisata spiritual, yang mengandalkan berbagai peninggalan sejarah bernapaskan Islam. Objek wisata itu kebanyakan berupa bangunan bersejarah yang ikut menandai perjalanan hidup Kabupaten Sumenep.
Objek wisata alam antara lain Pantai Lombang yang mempunyai hamparan pasir putih, diteduhi pohon cemara udang sepanjang 12 km. Begitu rimbunnya jajaran pohon cemara di sepanjang pantai itu, membuat pantai di sebelah utara Madura itu seolah-olah taman raksasa. Apalagi, ombaknya yang tenang dengan kejernihan air lautnya membuat kesan tersendiri. Pantai itu hanya berjarak sekitar 30 km arah timur laut Kota Sumenep.
Ada juga Pantai Slopeng yang menawarkan keindahan yang tak kalah menariknya dengan pantai lainnya. Pantai yang terletak 21 km arah utara Kota Sumenep itu termasuk dalam Kecamatan Dasuk. Pantainya landai, diteduhi deretan pohon palem dan kelapa. Pasir pantainya juga menarik perhatian karena berwarna putih. Tak mengherankan jika setiap liburan pantai itu selalu ramai dikunjungi wisatawan lokal karena ombaknya yang tenang.
Sayang sekali potensi wisata itu belum dikelola secara profesional sehingga keberadaannya belum bisa dijadikan andalan untuk menarik devisa. Karena itu, pihak swasta diminta andilnya untuk bekerja sama agar potensi wisata tersebut bisa memberikan tambahan untuk mengisi kas daerah.
Demikian pula potensi wisata alam lainnya yang terletak di Kepulauan Kangean, perlu penanganan secara terpadu agar menghasilkan manfaat finansial bagi daerah. Di kepulauan itu setidaknya terdapat 30 pulau yang membentang di wilayah Kabupaten Sumenep bagian timur. Di antaranya Pulau Kangean, Salor, Saobi, Paliat, Sabuten, Sapeken, Sasel, serta Sepanjang. Pulau Kangean menawarkan wisata bawah laut dengan terumbu karang yang masih alami dan indah.
Daya tarik lainnya yang menonjol di Sumenep adalah bangunan bersejarah, misalnya Masjid Agung Sumenep yang berada persis di tengah-tengah kota. Bangunan yang masih berdiri dengan megah dan terpelihara itu didirikan pada 1779 M dan selesai tahun 1787 M. Masjid yang didirikan pada zaman Panembahan Sumolo tersebut merupakan satu dari sepuluh masjid tertua di Indonesia. Masjid itu memiliki arsitektur yang indah dan khas karena merupakan perpaduan antara gaya Islam, Eropa, dan China.
Selain Masjid Agung Sumenep, peninggalan Panembahan Sumolo yang bergelar Pangeran Nata Kusumah adalah bangunan Keraton Sumenep. Keraton tersebut dibangun pada 1780 M sebagai bangunan bersejarah. Keraton itu sampai saat ini masih kerap difungsikan. Pemerintah Kabupaten Sumenep sering menggunakan Keraton Sumenep sebagai tempat perhelatan resmi pemerintahan. Pintu gerbang keraton dihiasi Labang Mesem Gapura beratap susun.
Gerbang Labang Mesem merupakan pintu masuk menuju pendopo Keraton Sumenep. Sebagai pintu gerbang, bangunan itu dilengkapi dengan atap bersusun tiga berbentuk limas. Ini adalah corak arsitektur Jawa. Bagian depan bangunan berupa pintu yang berbentuk lengkung selayaknya corak arsitektur Timur Tengah. Sementara itu, bagian atas bangunan berbentuk segitiga, dihiasi profil-profil sebagaimana corang bangunan di Eropa.
Masih dalam bagian keraton, tempat yang tak boleh dilewatkan para wisatawan adalah Taman Sore. Taman ini merupakan tempat pemandian para putri raja zaman dahulu kala. Taman ini terletak di sebelah timur Pendopo Agung Keraton. Sampai sekarang pemandian ini masih dilestarikan.
Tak hanya masjid dan keraton, Kabupaten Sumenep juga memiliki bangunan-bangunan unik lainnya yang bisa dijadikan sebagai objek wisata spiritual. Sebut saja Asta Tinggi yang merupakan tempat kuburan raja-raja Sumenep, yang berdiri sejak tahun 1644 M. Lokasinya terletak di Desa Kebun Agung, sekitar 2,5 km arah barat laut dari Kota Sumenep.
Lalu ada lagi yang disebut Asta Yusuf, yakni sebuah makam seorang penyebar agama Islam di Kabupaten Sumenep. Makam ini sering dikunjungi oleh para peziarah dari berbagai daerah. Asta ini terletak di Kecamatan Talango, arah timur dari Kota Sumenep berjarak sekitar 11 km, melalui penyeberangan di Pelabuhan Kalianget. (SK)

TURIS CHINA KHAWATIRKAN RABIES DI BALI

SEJUMLAH wisatawan asal China khawatir dengan kasus rabies yang melanda Bali mengingat pulau tersebut selama ini menjadi salah satu primadona tujuan wisata apabila berkunjung ke Indonesia.
"Kasus merebaknya rabies yang disebabkan anjing yang banyak berkeliaran memang menjadi perhatian utama bagi wisatawan asal China," kata Manajer Umum Garuda Beijing Pikri Ilham K, di Beijing, Jumat, seperti dikutip dari antara.
Menurutnya, Bali selama ini memang merupakan tujuan favorit bagi wisatawan China yang ingin berlibur ke Indonesia sehingga adanya kabar yang tidak nyaman tersebut membuat kunjungan wisatawan asal China ke pulau itu bisa terganggu.
Meskipun sempat terjadi pembatalan keberangkatan oleh sejumlah wisatawan yang akan berkunjung ke Bali selama 2008, kata Pikri, namun hal itu secara umum belum terlalu mengganggu keinginan wisatawan China ke Indonesia, khususnya Bali.
"Memang ada beberapa wisatawan China yang membatalkan kunjungan ke Bali setelah mendengar merebaknya wabah rabies di Bali sekalipun jumlahnya memang tidak terlalu banyak," katanya.
Namun demikian, ia mengharapkan pemerintah daerah Bali sebaiknya segera menyelesaikan kasus rabies di wilayahnya karena hal itu diyakini akan bisa memberikan kesan positif bagi kenyamanan industri wisata di pulau itu.
Pihaknya yakin bahwa pemerintah daerah Bali tentunya telah berupaya mengambil langkah cepat dan konkrit dalam menanggulangi wabah rabies tersebut, sehingga kedatangan wisatawan mancanegara tidak terganggu.
Pikri mengatakan, selama ini pemerintah China juga belum mengeluarkan peringatan kepada warganya untuk berhati-hati berkunjung ke Bali terkait adanya wabah tersebut.
"Tapi saya optimis bahwa pemerintah setempat menyadari masalah itu dan segera bisa menanggulangi wabah itu. Kalau itu terlaksana maka minat warga China datang ke Bali akan pulih kembali," katanya.
Untuk meyakinkan bahwa Bali saat ini sudah cukup aman dari wabah rabies, pihak Garuda Indonesia Beijing pada akhir Desember 2008 memberangkatkan sekitar 150 agen perjalanan China ke Pulau Dewata untuk bisa langsung mengenai kondisi Bali sesungguhnya.0
Keberangkatan agen perjalanan China tersebut diharapkan bisa menyampaikan informasi kepada wisatawan China mengenai kondisi Bali terkini sehingga keinginan warga China mengunjungi Indonesia, khususnya ke pulau itu bisa normal kembali. (e)


Kamis, Desember 25, 2008

TINGGI ORANG INDONESIA BERWISATA KE LUAR NEGERI

ASOSIASI Profesional Pariwisata Indonesia (ASPPI) prihatin masih banyak orang Indonesia yang berwisata ke luar negeri, ketimbang melakukan perjalanan wisata ke negerinya sendiri. Padahal, pariwisata Indonesia tak kalah menariknya dibandingkan dengan negara tetangga Malaysia, Singapura, Thailand dan Australia.
''Karena itu, ASPPI terus berjuang mempromosikan pariwisata Indonesia agar warga Indonesia lebih mencintai wisata nusantara. Memang mengunjungi daerah di bumi pertiwi ini, akan lebih mengenal budaya, adat istiadat serta dapat menjalin persatuan kesatuan antar suku di daerah,'' tutur Riyan Bahriyansyah, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Profesional Pariwisata Indonesia (ASPPI) di Jakarta.
Di samping, sambung Riyan, bila berkunjung ke obyek wisata di daerah, maka ekonomi daerah itu akan semakin tumbuh maju sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. ''Tapi yang paling penting, kita akan semakin tahu kekayaan panorama Indonesia. Juga dapat memperkaya pengetahuan tentang Indonesia yang begitu luas ini,'' tambahnya.
Dijelaskan, ASPPI merupakan pekerja pariwisata yang berada di barisan terdepan dan berhubungan langsung dengan para wisatawan. "Misalnya yang semula mereka tidak ada minat untuk mengunjungi suatu daerah, karena penjelasan kami akhirnya mereka berminat untuk mengunjungi daerah pariwisata di daerah yang dipromosikan," jelasnya.
Selain itu, ASPPI yang memiliki media portal terus menyebarkan informasi tentang berbagai destinasi yang ada di tanah air ini. Bahkan ASPPI terus melakukan mailing list dengan seluruh anggota ASPPI tentang perkembangan pariwisata nusantara. Anggota ASPPI yang berjumlah 900 orang se Indonesia, dimana 80 persennya adalah Biro Perjalanan Wisata (BPW) dan sisanya kelompok pengajar, dosen pariwisata, hotel, restorant dan airlines.
''ASPPI juga aktif melakukan mailing list kepada simpatisan yang ada di luar negeri untuk terus mengibarkan bendera agar mau berwisita di Indonesia. Juga menginformasikan kepada turis asing yang sudah berkunjung ke Indonesia agar bisa melakukan kunjungan ulang atau repetead guest ke Indonesia,'' tandasnya.
Riyan mengakui program ASPPI saat ini masih melakukan hubungan pendekatan dan kerjasama dengan Pemda-pemda yang memiliki obyek wisata namun tidak tahu caranya bagaimana mempromopsikan dan menjual obyek wisatanya.
Apa target dan harapan yang ingin dicapai ASPPI? ''Terus terang, obyek wisata kita tak kalah dengan Malaysia, Vietnam dan negara tetangga lain di ASEAN. Namun, kenapa negara tetangga itu bisa hidup dari pariwisata sementara Indonesia yang kaya obyek wisata ternyata tak mampu seperti mereka. Kita tak mencari siapa yang salah tapi mencari dimana letak kesalahan itu, dan ASPPI berusaha keras untuk mencari jalan keluar untuk mengatasinya,'' kata Riyan dengan nada diplomatis. (endy)

GEDUNG CAGAR BUDAYA DI JAKARTA, SIAPA PEDULI???

NASIB gedung-gedung tua peninggalan sejarah yang tersebar di Ibukota, semakin merana. Selain tak terawat dengan baik, kondisinya juga tak sempurna. Yang menyedihkan lagi, satu persatu cagar budaya itu pindah tangan. Di tangan pemilik baru, bangunan asli dibongkar dan dibangun sebuah bangunan gaya modern yang menghilangkan nilai-nilai sejarah, menghilangkan landscap masa lalu, mengilangkan budaya.
Sudah banyak contoh soalnya, salah satunya bangunan rumah tua di kawasan Palmerah, yang bersebelahan dengan Gedung Kompas. Dimana ada sebuah rumah tua milik orang Tionghoa, yang dulu ada papan nama cagar budaya yang dipatok Pemda Jakarta Selatan. Namun kini bangunan dijual dan dibongkar total, lalu dibangun gedung baru dengan nama Gedung Pers Pancasila. Sengaja memakai lebel pers dengan asumsi tak ada yang berani memasalahkannya, mengutik-utiknya.
Begitu juga di kawasan Jalan Hayamwuruk, Gajahmada dan kawasan kota, dimana gedung-gedung tua itu berubah konsep gaya masa lalu. Ada yang bagian depannya sudah dirombak, ada yang sudah dibongkar, ada yang ditutupi papan reklame, ada yang dibiarkan kumuh, ada yang dipagar seng, ada yang ditempel pengumuman dijual. Ada-ada saja ulah manusia yang tak pernah menghargai peninggalan sejarah, tak pernah memiliki jiwa melestarikan, tak pernah bersyukur dengan era masa lalu.
Keserahkahan, ketamakan, ketidakpedulian, kehilangan jiwa patriotisme memang kini sudah mengangkar kuat di era kapitalisme. Masa lalu sudah dianggap dari bagian perjalanan hidup yang tak berlaku lagi di era masa kini. Indikasi ini memang tak berlebihan malah semakin kuat dengan hilangnya gedung-gedung tua peninggalan sejarah. Lalu siapa yang peduli?
Sejarahwan, hanya bisa komentar tanpa bisa berbuat banyak. Swasta jelas tak diharapkan lagi, kepentingan bisnis diutamakan untuk mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya. Dan ada posisi tawar menawar yang dikedepankan, menguntungkan atau tidak? Prospek atau proyek buang-buang uang? Pokoknya banyak pertimbangannya lah. Karena itu ya jangan berharap.
Pemerintah, naga-naganya juga susah dengan alasan klasik yakni anggaran terbatas mana mungkin uang negara dibelikan aset bangunan tua yang tak jelas peruntukannya, apalagi hanya untuk melestarikan wah jauh dari harapan. Juga mau ditukar guling, juga gulingnya siapa? karena swasta pasti melihat ada prospeknya nggak, boleh dibongkar nggak, ada nilai hong shuinya yang baik tidak? ya pokoknya banyak pertimbangan.
Jadi, bagaimana melestarikan bangunan peninggalan sejarah itu? mungkin salah satu solusinya ya meringankan pajak bagi pemilik gedung-gedung tua di Ibu Kota. Tujuannya, agar pemilik gedung terdorong melakukan perawatan terhadap gedung-gedung yang tergolong bangunan cagar budaya. Pemilik gedung bisa menyisihkan anggarannya untuk membeli cat, membeli paku, membeli pembersih lantai, membeli pengharum ruangan, membeli setangkai pohon agar tambah hijau, membeli apa sajalah yang untuk melestarikannya.
Keringanan pajak sebagai insentif memang selayaknya sudah diberikan. Memang pernah ada keinginan kuat untuk meringankan beban pajak bagi pemilik bagunan tua. Sayangnyam keinginan itu terkendala UU perpajakan yang belum memungkinkan. Padahal, keringanan pajak itu juga untuk merangsang para pemilik gedung tua untuk melakukan perawatan, sehingga pelestarian bangunan cagar budaya bisa terus dilaksanakan.
Solusi lainnya butuh langkah kreatif, profesional ditambah sentuhan jiwa seni tinggi untuk mengelola bangunan tua menjadi obyek wisata. Juga kepedulian biro perjalanan wisata (BPW) untuk peduli memasarkan obyek wisata peninggalan sejarah.
Di negara kapitalis seperti Singapura, Jerman, Italia, Inggris, Jepang dan negara lain di Eropa, eksestensi bangunan tua cagar budaya benar-benar dilindungi, benar dimanfaatkan untuk menjadi destinasi, benar-benar dilestarikan, benar-benar diatur dengan undang-undang yang sangat ketat. Dan masyarakatnya memiliki kesedaran yang tinggi untuk melindunginya. Bagaimana dengan kita? (endy)

Jumat, Desember 19, 2008

PERDAGANGAN KERA DIIZINKAN

SIAPA mau pelihara kera ekor panjang (Macaca fascicularis)? Dulu hewean lucu ini memang dilindungi, namun aturan baru yang dikeluarkan Balai Konservasi Sumber Daya Alam di Sumatera Barat mengizinkan perdagangan kera ekor panjang. Bahkan, kuota kera ekor panjang di Sumatera Barat yang boleh ditangkap tahun ini mencapai 1.500 ekor.
“Tapi kami baru mengizinkan seratus ekor yang tertahan di Pelabuhan Merak, Banten, Selasa (16/12) dan akan dibawa kembali ke Padang,” kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat Indra Arinal, Jumat (19/12).
Indra mengatakan, Dinas Kehutanan telah mengeluarkan kuota 1.500 kera ekor panjang di Sumatera Barat yang boleh ditangkap. Tingginya kuota tersebut sesuai dengan tingginya populasi monyet di provinsi tersebut.
“Ada perusahaan farmasi yang mengajukan izin, yang menangkap masyarakat dan menjual ke perusahaan itu. Kera yang ditangkap merupakan hewan liar yang umumnya banyak mengganggu perladangan masyarakat,“ katanya.
Untuk menentukan kuota kera ekor panjang yang boleh ditangkap harus melalui persyaratan yang panjang, di antaranya memiliki rekomendasi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Penangkapan kera ekor panjang, menurut dia, dilakukan di kawasan Bungus, Teluk Kabung.
Di Sumatera Barat sebenarnya jarang ada laporan kera yang menggangu perladangan, bahkan kera di pinggir-pinggir hutan sering menjadi objek wisata seperti di Lembah Anai dan di Teluk Bungus.
Dua tahun terakhir kera di kawasan itu sudah jarang terlihat. Padahal di Teluk Bungus dulunya keberadaan puluhan kera menjadi objek wisata yang dikelola masyarakat dan menjadi sumber pendapatan masyarakat setempat yang menjual kacang rebus untuk makanan kera kepada pengunjung. (tmp)

Selasa, Desember 16, 2008

PULAU PASIR TIMBUL TERANCAM HILANG

PULAU Pasir Timbul memang agak asing bagi para penggemar wisata bahari, namun pulau yang luasnya tersisa hanya sekitar 60 m2 itu memang sangat mempesona dengan paparan pasir putihnya di tengah kawasan Teluk Lampung.Pulau Pasir Timbul memang tidak seterkenal tempat wisata bahari lainnya di Lampung, seperti Pasir Putih dan Gunung Karaktau, namun pesona alam dan baharinya tidak kalah menarik.Para nelayan yang biasanya menangkap ikan di kawasan Teluk Lampung, termasuk di perairan Pulau Pasir Timbul, menyebutkan pulau itu hanya muncul pada pagi menjelang siang hari, dan akan tenggelam saat pasang naik.Jadi, pulau yang dipenuhi hamparan pasir itu kadang muncul, kadang tenggelam, sehingga para nelayan setempat menyebutkan namanya Pulau Pasir Timbul. Artinya, hanya paparan pasir putih yang tampak saat pasang air laut surut pada pagi hari.Pulau itu bisa dijangkau dari Pantai Hanura, Kabupaten Pesawaran, dengan perahu motor selama 20 menit perjalanan. Sekitar 50 meter menjelang pulau itu, tinggi air laut pada pagi hari hanya sebatas lutut, sehingga pengunjung sering memanfaatkan kondisi itu untuk berjalan berkeliling sekedar melihat terumbu karang atau ikan- ikan kecil dan binatang laut lainnya, seperti bintang laut dan kepiting.Saat matahari pagi mulai terbit dan kondisi air sedang hangat, banyak pengunjung yang memanfaatkan kesempatan itu untuk berenang dengan menggunakan kacamata khusus untuk melihat ikan- ikan yang berenang di terumbu karang, yang banyak berkembang di sekitar perairan pulau tersebut.Ikan "Nemo" yang paling banyak diminati anak-anak dan para remaja, karena warnanya yang paling mencolok di antara ikan-ikan lainnya yang terdapat di terumbu karang Pulau Pasir Timbul.Karena masih belum terkenal, Pulau Pasir Tenggelam tidak ramai dikunjungi orang, sehingga kondisi pasir, terumbu karang dan hewan laut yang ada masih relatif terjamin. Jika sebagian pengunjung pulau itu "berburu" ikan hanya sekedar menikmati keindahannya saja, di pantai pulau itu ternyata juga terdapat berbagai jenis ikan yang bernilai ekonomi tinggi, seperti udang pasir (Thenus orientalis).Selain udang pasir adalah udang windu, udang jerbung, udang putih, udang raja, udang kembang, udang dogol, udang api-api, udang pasir dan udang karang (lobster). Namun kini, populasi udang pasir dan ikan di Teluk Lampung juga berkurang, karena pencemaran di teluk itu semakin meningkat. JUga nasib "keindahan" Pulau Pasir Timbul, terutama pesona paparan pasir putih dan terumbu karangnya, juga ikut rusak jika pencemaran di Teluk Lampung tetap meluas.Pencemaran akibat sampah organik dan nonorganik, perusakan terumbu karang, penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak, serta perusakan hutan bakau, merupakan ancaman utama atas seluruh objek wisata bahari di wilayah Provinsi Lampung.Lebih dari 18 persen terumbu karang di Teluk Lampung dan sekitarnya saat ini telah mati. Antara empat hingga 28 persen terumbu karang di kawasan itu tertutup pasir, sementara 0,6 hingga 45 persennya pecah atau bentuk morfologisnya sudah tidak utuh lagi.Kawasan hutan bakau di pantai itu juga hampir punah.Berdasarkan data Pemdaprov Lampung, areal hutan bakau di pantai Lampung sepanjang 270 Km, dan kerusakannya mencapai 80 persen tahun 2007.Seiring kerusakan lingkungan yang semakin besar di pesisir dan kawasan Teluk Lampung, Pulau Pasir Timbul agaknya hanya menunggu waktu untuk lenyap dan menjadi "kenangan semata", karena pulau itu terus tergerus air laut dan terumbu karangnya semakin rusak. (a)